GUS DUR BUKAN INI BUKAN ITU
Sahabat saya Marzuki Wahid, penulis buku Beyond the Symbols, Jejak
Antropoligis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur, dalam sebuah moment refleksi
100 tokoh atas Gus Dur, di Institute Agama Islam Nur Jati (IAIN),
Cirebon, menyampaikan kata reflektif yang mendebarkan: “Gus Dur bukanlah
“Guru Bangsa”, bukan “Bapak Pluralisme”, bukan “Ulama”, bukan “Seorang
Humanis sejati”, bukan “Bapak
Demokrasi”, bukan “Negarawan Paripurna”, bukan “Waliyullah” dan bukan
seterusnya. Sampai di sini, hati yang hadir berdegup-degup kencang,
tersekat-sekat. “Ini anak tak tahu diri dan keterlaluan”, kata hati
mereka, sambil menahan emosi. “Tetapi Gus Dur adalah semuanya”, kata
Marzuki Wahid menuntaskan bicaranya. Dan suasana spontan berubah
gemuruh, menghentikan jantung yang berdegup, meredakan emosi yang
tertahan, lalu menciptakan suasana yang mengharu-biru, mengalirkan
kehangatan air mata yang lalu menetes pelan-pelan.
Senin, 30 Desember 2013
KATA-KATA
Kata-kata tidaklah mengatakan (memaknai) sendiri,
aspek situasi psikologi dan pengetahuan pembacanya lah yang memaknainya.
Imam al-Syafi’i mengatakan :
Tatapan bola mata yang mencinta
selalu buta akan buruk rupa wajah si dia
Tetapi sorot mata yang membenci
Melihat si dia buruk rupa saja adanya
(Diwan a-Syafi’i)
وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ ولكَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِى المسَاوِىَا
aspek situasi psikologi dan pengetahuan pembacanya lah yang memaknainya.
Imam al-Syafi’i mengatakan :
Tatapan bola mata yang mencinta
selalu buta akan buruk rupa wajah si dia
Tetapi sorot mata yang membenci
Melihat si dia buruk rupa saja adanya
(Diwan a-Syafi’i)
وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ ولكَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِى المسَاوِىَا
Langganan:
Postingan (Atom)