Sabtu, 31 Agustus 2013

LEPASKAN NESTAPAMU




Mari minum anggur beracun sang cendikia
Tumpahkan obat kebodohan
Di atas tanah
Harimu akan bersih
Dan angin musim semi berhembus lembut
Bunga-bunga menebarkan air mata
Burung bulbul bersenandung riang
Dan berkata : Mari menari
Lepaskan duka nestapamu

(Omar Khayyam, Ruba’iyyat)

وَاشْرَبْ نَقِيْعَ السُّمِّ مِنْ عَاقِلٍ   وَاسْكُبْ عَلَى الْاَرْضِ دَوَاءَ الْجُهُولِ
صَفَا لَكَ الْيَومُ وَرَقّ النَّسِيمُ    وَجَالَ فِى الْاَزْهَارِ دَمْعُ الْغُيُومِ
وَرَجِّع الْبُلْبُلَ أَلْحَآنَهُ   يَقُوْلُ هَيَا اُطْرُبْ وَخَلِّ الْهُمُوم

DUHAM INSPIRASI DARI ISLAM



Dari Cak Nur aku mengetahui bahwa Hak-hak Asasi Manusia Universal (DUHAM) sesungguhnya mendapatkan inspirasi dan diilhami oleh ajaran-ajaran Islam. Islam telah mendeklarasikan hak-hak dasar manusia jauh berabad lamanya sebelum DUHAM. Menurut Cak Nur : “pandangan dasar kemanusiaan yang berasal dari Madinah” (Shahifah Madinah), “diadopsi ke Eropa oleh Giovani Pico della Mirandola, filosof terkemuka zaman renaissance. Dia menyampaikan orasi tentang “Martabat Manusia” pada tahun 1486 di Roma di hadapan para sarjana Eropa. Dia dengan terang-terangan mengakui bahwa pikiran-pikirannya diperoleh dari bacaannya atas karya-karya intelektual muslim”. Ini bukan sikap apologetic. Ia fakta sejarah.

Jumat, 30 Agustus 2013

KEKERASAN, MENGAPA?



Kekerasan oleh individu atau kelompok orang, pikirku, acapkali disebabkan oleh tumpulnya sensitifitas nurani dan lemahnya nalar pengetahuan/pemahaman atas obyek-subyek, berikut akibat yg ditimbulkannya. Maka jalan mereduksinya adalah mengasah nurani utk jadi peka dan meningkatkan potensi nalar agar jadi mengerti/paham.
Cirex, 300813

MENGENANG SEWINDU CAK NUR





Malam ini, 29-08-13, aku hadiri cara Haul Sewindu Cak Nur (Nurcholis Madjid), di Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta. Aku merasa terhormat, manakala diminta Rosi Silalahi, host, memberikan kesaksian atas beliau.  Maka aku bilang :
Bagiku, Cak Nur adalah salah satu orang asing, al-gharib. Ia hadir untuk menegaskan kembali gagasan profetik fundamental, yang telah menjadi asing dalam konteks komunitasnya. Ia adalah bahwa “tidak ada otoritas atas alam semesta, kecuali Allah”. Gagasan ini ingin mewujudkan pandangan dunia (world view) bahwa seluruh manusia, adalah ciptaan Tuhan yang bebas dan setara”. Nabi Muhammad Saw, mengatakan : “Maka, beruntungah orang-orang asing itu”. Lalu  aku membacakan Puisi dari Maulana Jalaluddin Rumi dalam “Matsnawi”, dan sang Martir Suhrowardi,  untuk sang pengembara, orang asing yang bersahaja itu.
يَا مَنْ أَنْتَ فِى سَاعَةِ الْاَلَمِ رَاحَةٌ فِى نَفْسِى
يَا مَنْ أَنْتَ فِى مُرَارَةِ الْفَقْرِ كَنْزٌ لِرُوْحِى

Duhai, dikau yang ketika jiwaku dirundung lara
Adalah pelipur hatiku
Duhai, dikau yang ketika   dilanda kepapaan nurani
Adalah perbendaharaan ruhku

فَإِنْ مَضَتِ الْاَيَّامُ فَقُلْ لَهَا إِذْهَبِى  وَلَا خَوْفٌ
وَلِتَبْقَ أَنْتَ يَا مَنْ لَا مَثِيْلَ لَكَ فِى الطُّهْرِ

Bila waktumu harus pergi
Katakan saja : berangkatlah
Dan jangan gelisah
Sebab, kau masih di sini
O, yang tak ada orang seindahmu

وَقُلُوبُ وِدَادِكُمْ تَشْتَاقُ
وَإِلَى لَذِيْذِ لِقَائِكُمْ تَرْتَاحُ

Jiwa-jiwa yang mencintaimu
Merinduimu
Kenikmatan menatapmu seluruh
Bikin mereka damai

Jakarta, 290813

Kamis, 29 Agustus 2013

Kemampuan diri



Orang yang mampu mengendalikan jiwanya (taqwa) dengan matang, godaan apapun, tak akan membuatnya bingung, galau dan terperangkap ke dalamnya